Selasa, Agustus 19, 2008

Nyaris Celaka

Nyaris Celaka

Beberapa bulan lalu aku berangkat bekerja seperti biasa naik motorku. Sebelumnya aku sarapan dulu di pasar yang ada di perjalanan menuju tempat kerja. Untuk sarapan aku harus menyebrang ke sisi kanan jalan dan aku harus menyalakan sein kanan motor.

Pagi itu aku aku nyalakan lampu sein kanan dan melihat melalu spion motor dan mobil tidak ada di belakangku lagi sehingga aku masuk ke bagian kanan jalan dengan santainya. Tetapi secara tiba-tiba ada motor yang menyeruduk bagian kanan motorku dan ban depannya tepat mengenai knalpot motorku. Aku ditabrak ketika aku sudah hampir sampai di pinggir jalan sebelah kanan. Aku heran mengapa dia bisa berbuat demikian sementara aku sudah menyalakan sein kanan dan situasi di sebelah kiriku juga sedang kosong. Aku terkejut tentu saja tetapi aku tidak sempat terjatuh malah si penabrak yang jatuh. Mungkin dia mengerem dengan tiba-tiba dan jatuh sementara aku tidak mengalami apa-apa. Banyak orang yang melihat mengetahui siapa yang salah dan siapa yang benar. Ketika dengan jelas orang-orang mengatakan dia salah maka dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan aku juga tidak mau mencari masalah. Aku sendiri masih sehat dan dia juga tidak apa-apa. Aku tidak mau bertengkar. Walau dia jatuh tetapi dia masih sempat menanyakan apakah aku mengalami sakit. Aku jawab tidak lalu dia pergi.

Aku sebenarnya sangat takut pada kejadian itu dan jantungku berdebar tidak karuan. Nasibku masih jauh lebih baik, aku tidak mengalami apa-apa. Nyaris celaka. Dengan kejadian ini aku bersyukur karena aku masih tetap hidup dan masih bisa menjalani hidup ini. Aku kembali tersadar betapa pentingnya hidup ini dan betapa berharganya ketika aku hampir kehilangannya. Aku tahu ini adalah suatu tanda supaya aku lebih berhati-hati lagi sebab dalam perjalanan apa saja bisa terjadi. Banyak masalah bisa muncul ketika berkendara di jalan umum. Mungkin aku tidak berbuat salah dalam berkendara tapi pengemudi bisa melakukannya dan mengancam keselamatan jiwa. Intinya tetap waspada, berdoa dan menyerahkan diri dalam perlindungan Tuhan.

Bagaimana pendapat Anda?

Deliserdang, 19 Agustus 2008