Senin, Agustus 18, 2008

Ketika Sahabat Pergi

Ketika Sahabat Pergi

Aku mengenal dia sewaktu mulai bekerja di suatu perusahan. Di antara puluhan orang yang bekerja di perusahan itu hanya dialah yang paling cepat akrab denganku. Aku sadar bahwa aku bukanlah tipe orang yang cepat dalam bergaul. Aku lebih tertutup dan membutuhkan waktu lebih berteman dengan orang lain. Tetapi dengan orang ini aku langsung akrab bahkan pada hari pertama aku mulai bekerja.

Dia 3 tahun lebih tua dariku sehingga aku memanggilnya abang dalam arti bukan abang sayang seperti pacar. Tetapi panggilan rasa hormat kepada orang yang lebih tua dari diriku sendiri. Dia juga ternyata lebih cepat 2 minggu bekerja di perusahaan itu. Singkat kata kami berteman baik. Jika bicara selalu nyambung dan saling terbuka satu sama lain ketika ada masalah yang dihadapi. Selalu mencoba saling membantu ketika ada suatu yang penting yang harus dikerjakan.

Selama tiga tahun bekerja di perusahaan yang sama hubungan kami tidak pernah retak. Kami saling mengerti antara satu dengan yang lain dan tidak pernah bertengkar dan mau saling mendengar. Setiap makan siang kami selalu bersama dan saling menunggu jika masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan atau kalau tidak bisa makan bersama selalu memberitahu dengan sms. Sepulang kerja kami selalu main bulu tangkis dua kali dalam seminggu. Setiap pertandingan, kami selalu main 5 set dan aku lebih sering kalah. Paling tidak dari 5 set aku hanya bisa menang 1 set. Ketika pulang kerja aku selalu menumpang di motornya dan kalau ada teman-teman kami yang lain yang mengadakan pesta kami selalu pergi bersama tidak membawa pacar. Pacarku ada di kota lain sedangkan pacarnya aku tidak tahu pasti. Dia tidak pernah terbuka mengenai pacarnya tetapi aku pernah mengusulkan teman cewekku di tempat kuliah menjadi pacarnya. Untuk seterusnya aku tidak tahu bagaimana hubungan mereka.

Di luar dugaan pada tahun ini dia mendapat pekerjaan lain di salah satu perusahaan milik negara. Padahal selama ini dia tidak pernah menceritakan akan pindah kerja. Aku terkejut dan merasa tertekan sebab aku tidak punya teman akrab lagi di perusahaan. Tidak ada lagi temanku makan siang mau pun main bulu tangkis dan aku tidak dapat lagi membalas kekalahanku. Aku merasa jatuh dan tidak betah bekerja. Malah aku ditempatkan menggantikan posisi dia di adminstrasi padahal sebelumnya aku dari bagian perpustakaan dan fotokopi.

Pada saat aku kehilangan sahabat aku juga harus belajar menguasai pekerjaan di posisi baruku. Namun aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harus bangkit. Aku sadar apa pun yang terjadi waktu akan berjalan terus dan tidak ada gunanya menyesali masa yang lalu. Setiap keadaan yang sepertinya kurang baik dan kurang menguntungkan pasti ada suatu kebaikan di dalamnya. Misalnya dengan kepergian sahabatku maka aku bisa mencari sahabat-sahabat baru yang lain yang lebih banyak. Cara berpikirku juga berbeda menghadapi setiap persoalan. Pengetahuanku pada bidang pekerjaan lain juga bertambah sehingga aku tidak hanya merasa nyaman berada pada posisi yang sama. Tentu lebih bagus memiliki banyak pengalaman bekerja daripada hanya menguasai satu pekerjaan. Dan kini setelah selama sebulan berlalu semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Aku tidak tertekan lagi malah menikmati posisi baruku dan pergaulanku juga semakin luas. Aku semakin bisa hidup mandiri. Aku bisa mengendalikan jalan hidupku sendiri dengan pikiran dan tindakan positif.

Bagaimana pendapat Anda?

Deliserdang, 18 Agustus 2008

Tentang Mendidik Anak

Tentang Mendidik Anak

Waktu itu aku akan mengikuti wawancara pekerjaan di sebuah tempat kursus atau tempat bimbingan. Aku menunggu dan dipersilahkan duduk di ruang tamu sekaligus ruang belajar bagi anak.

Di sebuah meja di sudut ruangan ada seorang anak kecil sedang diajari bagaimana cara menulis. Anak tersebut berumur kira-kira 4 tahun. Dia dikelilingi oleh 3 orang guru sekaligus. Ketika anak tersebut tidak mau mengikut apa yang disuruh guru-guru tersebut maka mereka mulai menakut-nakutinya. Mereka memukul meja dengan amat kerasnya hingga aku sendiri terkejut. Si anak tersebut tentu saja langsung menangis. Belebas panjang mengancam di tangan salah satu guru untuk menakut-nakutinya. Ketika si anak terus menangis maka mereka mengatakan akan mengurungnya di kamar mandi dengan harapan akan diam. Suatu saat ia hanya bisa terisak karena ia juga takut menangis dengan ancaman-ancaman mereka yang berlebihan. Mereka mengajarinya dengan cara membentak dan memaksanya hingga dia menangis ketakukan.

Seorang anak yang seharusnya hidup dipenuhi permainan tetapi penuh ketakutan. Jelas guru-guru seperti itu tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka hanya mengingikan supaya anak itu bisa membaca dan menulis dengan cepat tanpa memperhatikan cara mereka yang kurang baik untuk mencapainya. Bukankah anak kecil seharusnya diajak belajar sambil bermain bukannya belajar dengan cara mengancam seperti mengajari penjahat berbuat baik di dalam penjara. Tindakan yang kurang baik ini bisa menjadi mimpi buruk bagi si anak sehingga bukan hasil baik yang didapatkan malah lambat laun dia bisa menjadi seorang pemberontak. Ia nantinya bisa bertindak beringas dan tidak suka belajar sebab belajar dalam pikirannya bukanlah sesuatu yang menyenangkan malah mengerikan dengan segala paksaannya.

Ketika ayah ibu si anak muncul di pintu tangis anak tersebut semakin menjadi-jadi. Malah di luar dugaan si orang tua hanya menyaksikan bagaimana guru-guru itu manakut-nakuti anaknya dan membiarkannya dengan tertawa. Wah cara berpikir dan bertindak orang tua yang salah seperti itu akan mengancam masa depan anaknya. Mungkin saja dia menitipkan anak tersebut ke tempat neraka itu supaya pekerjaannya tidak terganggu di rumah. Tapi ingatlah selalu bahwa segala ketidakbaikan yang ditimpakan pada anak kelak akan merugikan dan membuat orang tua akan tertekan, bagaikan bumerang. Suatu saat orang tua seperti itu akan pusing dan tertekan melihat tindakan anak yang beringas dan tak terkendali yang tidak disadarinya akibat dari tindakan mereka sendiri. Tanamkanlah yang baik pada anak sehingga hasil yang baik bisa dipetik nantinya.

Bagaimana pendapat Anda?

Deliserdang, 18 Agustus 2008