Tentang Mendidik Anak
Waktu itu aku akan mengikuti wawancara pekerjaan di sebuah tempat kursus atau tempat bimbingan. Aku menunggu dan dipersilahkan duduk di ruang tamu sekaligus ruang belajar bagi anak.
Di sebuah meja di sudut ruangan ada seorang anak kecil sedang diajari bagaimana cara menulis. Anak tersebut berumur kira-kira 4 tahun. Dia dikelilingi oleh 3 orang guru sekaligus. Ketika anak tersebut tidak mau mengikut apa yang disuruh guru-guru tersebut maka mereka mulai menakut-nakutinya. Mereka memukul meja dengan amat kerasnya hingga aku sendiri terkejut. Si anak tersebut tentu saja langsung menangis. Belebas panjang mengancam di tangan salah satu guru untuk menakut-nakutinya. Ketika si anak terus menangis maka mereka mengatakan akan mengurungnya di kamar mandi dengan harapan akan diam. Suatu saat ia hanya bisa terisak karena ia juga takut menangis dengan ancaman-ancaman mereka yang berlebihan. Mereka mengajarinya dengan cara membentak dan memaksanya hingga dia menangis ketakukan.
Seorang anak yang seharusnya hidup dipenuhi permainan tetapi penuh ketakutan. Jelas guru-guru seperti itu tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka hanya mengingikan supaya anak itu bisa membaca dan menulis dengan cepat tanpa memperhatikan cara mereka yang kurang baik untuk mencapainya. Bukankah anak kecil seharusnya diajak belajar sambil bermain bukannya belajar dengan cara mengancam seperti mengajari penjahat berbuat baik di dalam penjara. Tindakan yang kurang baik ini bisa menjadi mimpi buruk bagi si anak sehingga bukan hasil baik yang didapatkan malah lambat laun dia bisa menjadi seorang pemberontak. Ia nantinya bisa bertindak beringas dan tidak suka belajar sebab belajar dalam pikirannya bukanlah sesuatu yang menyenangkan malah mengerikan dengan segala paksaannya.
Ketika ayah ibu si anak muncul di pintu tangis anak tersebut semakin menjadi-jadi. Malah di luar dugaan si orang tua hanya menyaksikan bagaimana guru-guru itu manakut-nakuti anaknya dan membiarkannya dengan tertawa. Wah cara berpikir dan bertindak orang tua yang salah seperti itu akan mengancam masa depan anaknya. Mungkin saja dia menitipkan anak tersebut ke tempat neraka itu supaya pekerjaannya tidak terganggu di rumah. Tapi ingatlah selalu bahwa segala ketidakbaikan yang ditimpakan pada anak kelak akan merugikan dan membuat orang tua akan tertekan, bagaikan bumerang. Suatu saat orang tua seperti itu akan pusing dan tertekan melihat tindakan anak yang beringas dan tak terkendali yang tidak disadarinya akibat dari tindakan mereka sendiri. Tanamkanlah yang baik pada anak sehingga hasil yang baik bisa dipetik nantinya.
Bagaimana pendapat Anda?
Deliserdang, 18 Agustus 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar