Selasa, Agustus 19, 2008

Nyaris Celaka

Nyaris Celaka

Beberapa bulan lalu aku berangkat bekerja seperti biasa naik motorku. Sebelumnya aku sarapan dulu di pasar yang ada di perjalanan menuju tempat kerja. Untuk sarapan aku harus menyebrang ke sisi kanan jalan dan aku harus menyalakan sein kanan motor.

Pagi itu aku aku nyalakan lampu sein kanan dan melihat melalu spion motor dan mobil tidak ada di belakangku lagi sehingga aku masuk ke bagian kanan jalan dengan santainya. Tetapi secara tiba-tiba ada motor yang menyeruduk bagian kanan motorku dan ban depannya tepat mengenai knalpot motorku. Aku ditabrak ketika aku sudah hampir sampai di pinggir jalan sebelah kanan. Aku heran mengapa dia bisa berbuat demikian sementara aku sudah menyalakan sein kanan dan situasi di sebelah kiriku juga sedang kosong. Aku terkejut tentu saja tetapi aku tidak sempat terjatuh malah si penabrak yang jatuh. Mungkin dia mengerem dengan tiba-tiba dan jatuh sementara aku tidak mengalami apa-apa. Banyak orang yang melihat mengetahui siapa yang salah dan siapa yang benar. Ketika dengan jelas orang-orang mengatakan dia salah maka dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan aku juga tidak mau mencari masalah. Aku sendiri masih sehat dan dia juga tidak apa-apa. Aku tidak mau bertengkar. Walau dia jatuh tetapi dia masih sempat menanyakan apakah aku mengalami sakit. Aku jawab tidak lalu dia pergi.

Aku sebenarnya sangat takut pada kejadian itu dan jantungku berdebar tidak karuan. Nasibku masih jauh lebih baik, aku tidak mengalami apa-apa. Nyaris celaka. Dengan kejadian ini aku bersyukur karena aku masih tetap hidup dan masih bisa menjalani hidup ini. Aku kembali tersadar betapa pentingnya hidup ini dan betapa berharganya ketika aku hampir kehilangannya. Aku tahu ini adalah suatu tanda supaya aku lebih berhati-hati lagi sebab dalam perjalanan apa saja bisa terjadi. Banyak masalah bisa muncul ketika berkendara di jalan umum. Mungkin aku tidak berbuat salah dalam berkendara tapi pengemudi bisa melakukannya dan mengancam keselamatan jiwa. Intinya tetap waspada, berdoa dan menyerahkan diri dalam perlindungan Tuhan.

Bagaimana pendapat Anda?

Deliserdang, 19 Agustus 2008

Senin, Agustus 18, 2008

Ketika Sahabat Pergi

Ketika Sahabat Pergi

Aku mengenal dia sewaktu mulai bekerja di suatu perusahan. Di antara puluhan orang yang bekerja di perusahan itu hanya dialah yang paling cepat akrab denganku. Aku sadar bahwa aku bukanlah tipe orang yang cepat dalam bergaul. Aku lebih tertutup dan membutuhkan waktu lebih berteman dengan orang lain. Tetapi dengan orang ini aku langsung akrab bahkan pada hari pertama aku mulai bekerja.

Dia 3 tahun lebih tua dariku sehingga aku memanggilnya abang dalam arti bukan abang sayang seperti pacar. Tetapi panggilan rasa hormat kepada orang yang lebih tua dari diriku sendiri. Dia juga ternyata lebih cepat 2 minggu bekerja di perusahaan itu. Singkat kata kami berteman baik. Jika bicara selalu nyambung dan saling terbuka satu sama lain ketika ada masalah yang dihadapi. Selalu mencoba saling membantu ketika ada suatu yang penting yang harus dikerjakan.

Selama tiga tahun bekerja di perusahaan yang sama hubungan kami tidak pernah retak. Kami saling mengerti antara satu dengan yang lain dan tidak pernah bertengkar dan mau saling mendengar. Setiap makan siang kami selalu bersama dan saling menunggu jika masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan atau kalau tidak bisa makan bersama selalu memberitahu dengan sms. Sepulang kerja kami selalu main bulu tangkis dua kali dalam seminggu. Setiap pertandingan, kami selalu main 5 set dan aku lebih sering kalah. Paling tidak dari 5 set aku hanya bisa menang 1 set. Ketika pulang kerja aku selalu menumpang di motornya dan kalau ada teman-teman kami yang lain yang mengadakan pesta kami selalu pergi bersama tidak membawa pacar. Pacarku ada di kota lain sedangkan pacarnya aku tidak tahu pasti. Dia tidak pernah terbuka mengenai pacarnya tetapi aku pernah mengusulkan teman cewekku di tempat kuliah menjadi pacarnya. Untuk seterusnya aku tidak tahu bagaimana hubungan mereka.

Di luar dugaan pada tahun ini dia mendapat pekerjaan lain di salah satu perusahaan milik negara. Padahal selama ini dia tidak pernah menceritakan akan pindah kerja. Aku terkejut dan merasa tertekan sebab aku tidak punya teman akrab lagi di perusahaan. Tidak ada lagi temanku makan siang mau pun main bulu tangkis dan aku tidak dapat lagi membalas kekalahanku. Aku merasa jatuh dan tidak betah bekerja. Malah aku ditempatkan menggantikan posisi dia di adminstrasi padahal sebelumnya aku dari bagian perpustakaan dan fotokopi.

Pada saat aku kehilangan sahabat aku juga harus belajar menguasai pekerjaan di posisi baruku. Namun aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harus bangkit. Aku sadar apa pun yang terjadi waktu akan berjalan terus dan tidak ada gunanya menyesali masa yang lalu. Setiap keadaan yang sepertinya kurang baik dan kurang menguntungkan pasti ada suatu kebaikan di dalamnya. Misalnya dengan kepergian sahabatku maka aku bisa mencari sahabat-sahabat baru yang lain yang lebih banyak. Cara berpikirku juga berbeda menghadapi setiap persoalan. Pengetahuanku pada bidang pekerjaan lain juga bertambah sehingga aku tidak hanya merasa nyaman berada pada posisi yang sama. Tentu lebih bagus memiliki banyak pengalaman bekerja daripada hanya menguasai satu pekerjaan. Dan kini setelah selama sebulan berlalu semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Aku tidak tertekan lagi malah menikmati posisi baruku dan pergaulanku juga semakin luas. Aku semakin bisa hidup mandiri. Aku bisa mengendalikan jalan hidupku sendiri dengan pikiran dan tindakan positif.

Bagaimana pendapat Anda?

Deliserdang, 18 Agustus 2008

Tentang Mendidik Anak

Tentang Mendidik Anak

Waktu itu aku akan mengikuti wawancara pekerjaan di sebuah tempat kursus atau tempat bimbingan. Aku menunggu dan dipersilahkan duduk di ruang tamu sekaligus ruang belajar bagi anak.

Di sebuah meja di sudut ruangan ada seorang anak kecil sedang diajari bagaimana cara menulis. Anak tersebut berumur kira-kira 4 tahun. Dia dikelilingi oleh 3 orang guru sekaligus. Ketika anak tersebut tidak mau mengikut apa yang disuruh guru-guru tersebut maka mereka mulai menakut-nakutinya. Mereka memukul meja dengan amat kerasnya hingga aku sendiri terkejut. Si anak tersebut tentu saja langsung menangis. Belebas panjang mengancam di tangan salah satu guru untuk menakut-nakutinya. Ketika si anak terus menangis maka mereka mengatakan akan mengurungnya di kamar mandi dengan harapan akan diam. Suatu saat ia hanya bisa terisak karena ia juga takut menangis dengan ancaman-ancaman mereka yang berlebihan. Mereka mengajarinya dengan cara membentak dan memaksanya hingga dia menangis ketakukan.

Seorang anak yang seharusnya hidup dipenuhi permainan tetapi penuh ketakutan. Jelas guru-guru seperti itu tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka hanya mengingikan supaya anak itu bisa membaca dan menulis dengan cepat tanpa memperhatikan cara mereka yang kurang baik untuk mencapainya. Bukankah anak kecil seharusnya diajak belajar sambil bermain bukannya belajar dengan cara mengancam seperti mengajari penjahat berbuat baik di dalam penjara. Tindakan yang kurang baik ini bisa menjadi mimpi buruk bagi si anak sehingga bukan hasil baik yang didapatkan malah lambat laun dia bisa menjadi seorang pemberontak. Ia nantinya bisa bertindak beringas dan tidak suka belajar sebab belajar dalam pikirannya bukanlah sesuatu yang menyenangkan malah mengerikan dengan segala paksaannya.

Ketika ayah ibu si anak muncul di pintu tangis anak tersebut semakin menjadi-jadi. Malah di luar dugaan si orang tua hanya menyaksikan bagaimana guru-guru itu manakut-nakuti anaknya dan membiarkannya dengan tertawa. Wah cara berpikir dan bertindak orang tua yang salah seperti itu akan mengancam masa depan anaknya. Mungkin saja dia menitipkan anak tersebut ke tempat neraka itu supaya pekerjaannya tidak terganggu di rumah. Tapi ingatlah selalu bahwa segala ketidakbaikan yang ditimpakan pada anak kelak akan merugikan dan membuat orang tua akan tertekan, bagaikan bumerang. Suatu saat orang tua seperti itu akan pusing dan tertekan melihat tindakan anak yang beringas dan tak terkendali yang tidak disadarinya akibat dari tindakan mereka sendiri. Tanamkanlah yang baik pada anak sehingga hasil yang baik bisa dipetik nantinya.

Bagaimana pendapat Anda?

Deliserdang, 18 Agustus 2008

Sabtu, Agustus 16, 2008

Bekerja Selama 3 Tahun tetapi Tabungan Nol

Bekerja Selama 3 Tahun tetapi Tabungan Nol

Inilah pengalamanku sendiri mengenai kondisi keuanganku. Bekerja pada tahun I yakni pertengahan 2005 gajiku masih amat kecil sehingga hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari. Tahun II pertengahan 2006 gajiku makin naik tetapi tidak bisa juga menabung karena aku kuliah kembali mengambil akta IV. Kemudian tahun III dari pertengahan 2006-2007 masih menyelesaikan kuliah. Pada akhir tahun ke 3 beli motor secara dibantu oleh orang tua hingga uang tidak pernah terkumpul.

Perjalanan awal tahun IV sekarang ini rencana akan mulai menabung, namun orang tua si pacar sudah menuntut supaya putrinya secepatnya dinikahi. Aku mau bilang apa sementara uangku jelas-jelas tidak ada saat ini. Aku hanya bisa suntuk, beginilah kondisi orang yang tidak mempunyai uang cukup. Belum juga menabung sudah datang tuntutan. Hal ini memang tidak kudengar langsung dari calon mertuku tetapi dari pacarku sendiri yang katanya terus menanyakan kapan kami akan menikah.

Pada saat tidak ada biaya nikah seperti ini, siapakah yang tidak suntuk dan tertekan ketika didesak supaya secepatnya menikah? Apakah segampang itu? Ya bagi orang yang berduit tetapi bagiku adalah kesulitan. Umur pacarku memang lebih tua dariku 2 tahun sementara aku sudah 28 tahun. Aku tahu ini berat baginya dan juga bagi orang tuanya tapi apa yang bisa aku lakukan? Menabung selama setahun ini juga tidak akan cukup sementara gaji juga masih lumayan kecil. Mencoba melamar ke perusahaan lain tidak dipanggil dan belum tentu gajinya bisa lebih besar. Aku hanya bisa berdoa dan mengharapkan kemurahan dari Tuhan. Jika Dia sudah berkendak maka aku hanya bisa menerima.

Aku hanya bisa pasrah namun tetap yakin bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Bukankah berpikir positif lebih baik daripada terpuruk dalam kesuntukan. Merasa tertekan juga tidak ada gunanya selain mengganggu kesehatan dan membuat pikiran tidak bisa jernih melihat berbagai permasalahan hingga menemukan solusinya. Rasa putus asa memang terkadang terbersit di dalam hati tetapi apa gunanya?

Bagaimana tanggapan Anda?

Deliserdang, 16 Agustus 2008

Jumat, Agustus 15, 2008

3 Ahli Kunci

3 Ahli Kunci

Selama hidupku tidak pernah aku berurusan dengan tukang kunci atau ahli kunci biasa buka di pinggir jalan. Walau aku sudah berumur 28 tahun tidak pernah sekali pun aku membuat kunci duplikat. Selama ini aku hanya sekedar melihat mereka dan tempat usaha mereka nongkrong di pinggir jalan. Tidak pernah ada keinginan membuat duplikat kunci kamarku walau hanya satu.

Tetapi awal bulan ini aku harus berurusan dengan mereka. Atasanku di kantor yakni kepala sekolah menyuruhku membuat duplikat kunci kantor sehingga kami masing-masing memiliki satu sehingga tidak harus repot saling menunggu ketika si pembawa kunci belum terlambat. Alhasil aku setuju dan sore itu mencari tukang kunci ke arah pusat kota dan menemukannya. Aku tunjukkan kunci pada si tukang kunci. Awalnya dia kelihatan ragu-ragu namun kemudian merasa yakin bisa membuatnya. Aku menunggu beberapa saat hingga dia selesaikan pekerjaannya. Dia pun selesai dan menyerahkan kunci duplikat tersebut dan aku menyerahkan uang 5 ribuan dan kembali ke rumah.

Hari berikutnya aku masuk kantor dan mencoba kunci tersebut ternyata tidak bisa. Sore sepulang kerja aku mampir ke tukang kunci yang sama dan memberitahu bahwa kunci tersebut tidak bisa digunakan. Kemudian dia bekerja memperbaikinya. Dia yakin akan bisa. Aku pulang dan ketika aku mencobanya ternyata tidak bisa juga. Sepulang kerja aku kembali ke tempat itu tetapi ternyata dia tutup. Menurutku dia lari dari tanggungjawab. Aku tidak menyerah hari berikutnya aku datang lagi. Kali ini dia tidak bisa mengelak. Dia mengatakan bahwa kunci sudah siap dan tinggal menunggu seseorang mengantarnya besok dan menyuruhku kembali. Aku sadar dia hanya beralasan menutupi ketidaksanggupannya.

Pandanganku terhadap tukang kunci mulai berubah dan kurang mempercayainya. Tetapi aku mencoba tukang kunci yang lain ketika yakin bahwa tukang kunci yang pertama tidak sanggup lagi. Aku tahu bawa peruntungan semua orang tidak sama. Sama seperti tukang pertama. Dia menerima kunci dan mulai bekerja. Setelah aku serahkan uang aku terima kunci tersebut dan berharap kunci tersebut bisa aku gunakan sehingga tidak repot di kantor. Tetapi ternyata tukang tersebut sama saja dengan tukang yang I. Untuk ke dua kalinya aku pergi kesana dan dia memperbaikinya juga tetapi ketika besoknya aku coba hasilnya tetap nihil.

Aku tidak kembali ke tukang I dan II tetapi aku mencoba tukang kunci III. Pada tukang kunci III, aku ceritakan bahwa sudah dua kali kubawa ke tukang kunci yang berbeda tetapi tidak berhasil. Dia mengatakan sebaiknya kunci yang dibuat tukang I dan II aku lemparkan ke wajah mereka sebab mereka tidak bertanggungjawab. Dia juga masih sempat menanyakan siapa tukang kunci I dan II, sepertinya dia mengenalnya ketika aku memberitahu ciri-ciri fisiknya. Dia pun kembali bekerja dengan penuh percaya diri. Tetapi ternyata dia sama bodohnya dengan tukang I dan II ketika besoknya aku mencoba kuncinya. Aku juga kembali dan dia mencoba keahlian memperbaikinya tetapi hasilnya tetap nol besar.

Apakah aku harus mencoba tukang kunci yang ke IV? Jangan-jangan mereka semua sama tidak bisa mengerjakannya sementara uang dan waktuku lenyap. Sejak saat itu aku tidak percaya pada promosi palsu mereka yang jelas-jelas menuliskan ahli kunci. Satu hal yang tidak mereka lakukan adalah mengakui bahwa mereka tidak bisa dan tidak sanggup ketika mereka tidak bisa membuatnya. Jika seperti ini ceritanya bukankah mereka makan dari hasil tipuan sama saja dengan para koruptor yang makin tampak belangnya akhir-akhir ini? Jika hanya bisa membuat kunci yang gampang dan biasa apakah patut disebut ahli kunci? Sampai sekarang kunciku tidak berhasil dikloning dengan sukses, hanya aku tahu bahwa ketiga ahli kunci itu adalah pembohong.

Bagaimana pendapat Anda?

Medan, 16 Agustus 2008

Kamis, Juni 19, 2008

Timbul Tenggelam

Potret Indonesia Hari Kamis, 19 Juni 2008
Tiada yang menjadi fokus pemberitaan hari ini tetapi masih didominasi oleh suap-suapan terhadap para jaksa. Pemeriksaan terhadap kasus tersebut sudah dimulai. Media elektronik dan cetak terus memburu berita bagaimana kelanjutan dari kasus tersebut. Orang-orang yang bertanggungjawab menangani kasus tersebut dikejar untuk mendapatkan kepastian. Ms. Raharjo (kalau tidak salah) adalah orang yang paling banyak dimintai keterangan mengenai kasus itu karena mungkin dialah yang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Keterangan mengenai adanya rencana penyelamatan penyuap Artalyta S. juga berusaha diungkap kebenarannya. Benarkah para jaksa ingin menyelamatkan si penyuap ini? Sebab ketika terdakwa Urip ditangkap selaku penerima suap tetapi penyuap tidak ditangkap. Pasti semua orang curinga akan hal tersebut dan bisa saja orang beranggapan tindakan itu dilakukan untuk menyelamatkan si penyuap. Setelah dimintai keterangan kepada jaksa yang akan melakukan penangkapan terhadap si penyuap tetapi telah terlambat sebab KPK telah kembali meringkusnya mengatakan bahwa mereka tidak ada maksud untuk menyelamatkan Artalyta. Katanya mereka hanya ingin memperjuangkan keadilan. Penyuap dan tersuap harus ditangkap sebab dua-duanya bersalah. Tetapi perlu dipertanyakan juga mengapa saat KPK menangkap jaksa Urip, mereka tidak langsung menangkap juga penyuap? Setelah kutelusuri apa yang mereka ungkapkan adalah bahwa saat penangkapan Urip, mereka sudah berada di depan rumah penyuap. Mereka beralasan tidak bisa menangkap penyuap saat itu karena pagar rumah tersangka sangat tinggi. Maka mereka pulang dan baru beberapa hari kemudian mereka meringkusnya di rumah dengan pagar tingginya masih sama? Nah disinilah letak permasalahannya. Kok sekarang pagar yang tinggi masih sama tidak menjadi masalah tetapi sebelumnya beralasan karena pagar yang tinggi?
Ada sebagian berita yang menampakkan ekor, kepala, dan sedikit bagian tubuhnya yang lain. Tuntutan terhadap penyelesaian kasus monas mulai terungkap lagi. Demo menuntut kenaikan BBM mulai dilakukan oleh mahasiswa dan tuntutan kali ini mereka menyuruh SBY dan JK turun dari jabatannya jika tidak memenuhi tuntutan tersebut. Dalam kesempatan tersebut mereka juga menuntut rekan-rekan mereka yang ditahan polisi agar dibubarkan.
Demikian juga kasus Munir sepertinya bangun kembali. Katanya ada tersangka baru sehingga penyelidikan kali ini kata mereka akan memasuki babak baru.
Penyelidikan terhadap Geng Nero terus diusut dan dilanjutkan. Coba bayangkan cewek-cewek cantik melakukan kekerasan. Saya merasa agak heran, apakah ini bentuk perlawanan kaum perempuan yang mungkin selama ini terpinggirkan? Atau mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga mempunyai kekuatan? Tetapi dengan cara-cara yang salah barangkali.
Penemuan blue energy juga diberitakan. Ada yang bernama Joko yang mempraktekkan temuaannya tersebut. Menurut dia air tersebut masih dicampur dengan bensin atau solar. Perbandingannya 70 persen air dan 30 persen bensin atau solar. Ketika ditanya lebih jauh bagaimana proses kerjanya, dia diam dan mengatakan itu menjadi rahasia. Ketika ketidak temuan blue energy yang belum jelas ini di Indonesia disiarkan, Jepang sudah bisa menciptakan mobil berbahan bakar air. Mereka akan melakukan produksi massal terhadap mobil tersebut. Jadi saya kira tidak perlu lagi mencari tahu bagaimana membuat bahan bakar dari air oleh kita sendiri lebih baik pergilah ke Jepang dan belajar dari mereka. Intinya bahwa pembuatan bahan bakar dari air adalah mungkin 100 persen tidak seperti apa yang dikatakan oleh peneliti-peneliti Indonesia sebelumnya di surat kabar. Apa yang tidak mungkin di dunia ini kalau kita tetap berusaha menggapainya?
Jika saya melihat mengenai blue energy, Jepang sebelumnya tidak pernah mengatakan bahwa mereka sedang melakukan penelitian terhadap masalah itu. dan seingat saya tidak pernah mereka memberitahukan jika hal itu mungkin. Tetapi melihat hasilnya di lapangan bahwa mereka telah berhasil dapat disimpulkan bahwa mereka terus melakukan penelitian. Mereka tidak banyak bicara tetap banyak bekerja dan meneliti. Di Indonesia dari dulu mengenai blue energy sudah banyak dibicarakan tetapi pembuktiannya tetap masih menjadi misteri. Ada apa? Bicara banyak seperti orang hebat tetapi kenyataanya menunjukkan keadaan kebodohan sebenarnya.

Bagaimana pendapat Anda?

Suap-suapan

Potret Indonesia Hari Rabu, 18 Juni 2008
Ketika sampai di rumah sore ini aku kembali mengikuti berita-berita mengenai Indonesia. Apa yang terjadi hari ini. Dan Metro Tv selalu menjadi pilihan utamaku dalam mencari berita karena televisi tersebut mengkhususkan diri pada pemberitaan. Itulah daya tariknya buatku. Ketika aku tidak sempat baca koran hari ini maka aku bisa tahu kejadian-kejadian apa saja yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Tentu saja itu hanya di permukaan saja atau umumnya yang terjadi di ibu kota. Bagaimana kalau kejadiannya di pedesaan? Pasti jarang masuk berita dan bila diberitakan juga berarti kejadian tersebut adalah kejadian luar biasa. Tetapi apa saja yang terjadi di ibu kota atau di kota-kota besar lainnya pasti menjadi berita utama yang cukup menghebohkan atau cukup menggelisahkan.
Mungkin berita utama dalam beberapa hari ini adalah mengenai kasus suap yang menimpa beberapa jaksa. Ketangkapnya jaksa tersebut adalah hasil dari penyadapan telepon mereka ketika kasul BLBI telah resmi ditutup. Dari percakapan mereka melalui HP ketahuanlah apa yang terjadi dibalik semua itu. Ternyata ada permainan di balik permainan. Beberapa jaksa disogok demi menyembunyikan kebenaran. Dan para hamba hukum itu takluk juga pada uang. Lupa diri. Lupa pada negara yang hendak karam. Malah membuat kapal bangsa makin goyah dan hampir tidak bisa terselamatkan lagi.
Bagaimana tidak begitu menyentak, orang yang seharusnya menegakkan hukum malah menyalahgunakan tugas dan tanggungjawabnya. Kepercayaan rakyat Indonesia terhadap aparat hukum ini semakin menipis sebab hukum masih tunduk pada uang. Yang punya duitlah empunya hukum. Bagaimana nasib orang kecil dan miskin tanpa uang? Mereka menjadi sasaran empuk hukum karena tidak mampu membayarnya. Keadilan hanyalah sebatas uang. Semakin menumpuk uang semakin mampu melumpuhkan hukum.
Aneh ya Indonesia kita? Dari dulu-dulu tak pernah bisa sembuh dari penyakit KKN. Ada yang memberantas KKN dengan gigih tapi ada juga yang berjuang dengan gigih ber KKN ria. Mereka seolah menguji kemampuan KPK atau mereka malah anggap sepele dengan kemampuan KPK.
Setelah ketangkap entah apa lagi yang mereka lakukan. Ada yang pura-pura lupa dan ada pula yang mengatakan bahwa dia samasekali tidak tahu bahwa perbuatan tersebut salah dan mengatakan pasrah akan apa yang terjadi pada dirinya. Penegak hukum masakan tidak tahu yang mana yang baik dan benar setelah tertangkap dan pura-pura bodoh. Mungkin nanti diantara mereka ada yang pura-pura sakit demi mangkir dari tanggungjawab. Inilah orang pintar yang tidak memiliki hati nurani. Nurani mati melihat tumpukan uang.
Hukum harus terus ditegakkan walau pun masih banyak orang yang melanggarnya. Hukum tidak berhenti pada penangkapan tetapi harus sampai pada penyelidikan dan pemberian hukuman yang setimpal. Namanya masih manusia pastilah selalu beriringan dengan kesalahan. Dari kesalahan kita memperbaiki hidup kita supaya tidak jatuh pada kesalahan yang sama. Kuncinya adalah kesadaran memperbaiki diri. Masing-masing kita rakyat Indonesia harus terus-menerus memperbaiki diri, melakukan yang baik dan benar. Kita berkaca dari kelakuan buruk orang lain agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama bukan malah dapat inspirasi untuk mencobanya juga dan sangat bangga bila tidak ketahuan. Kita mesti sadar kalau tidak di bumi kita mendapatkan hukuman, neraka sudah siap menampung kita.

Bagaimana pendapat Anda?