Saat musim hujan banjir tidak terelakkan terutama terjadi di kota-kota besar. Turun hujan selama beberapa jam saja sudah bisa mengakibatkan banjir hingga menjadi sarapan biasa di negeri kita. Warga yang sudah terbiasa dengan banjir hanya tertawa-tawa saja ketika banjir datang seolah banjir itu menjadi suatu keharusan yang tidak bisa diatasi dan sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari.
Banjir pada umumnya membawa petaka dan penderitaan bagi masyarakat. Banjir yang ganas dan datangnya tiba-tiba bisa menghanyutkan rumah-rumah dan menelan korban jiwa apalagi ketika warga sedang terlelap dalam mimpi. Masih ingatkan betapa banyak korban berjatuhan ketika banjir bandang yang datangnya tiba-tiba di sungai Bahorok, Kabupten langkat, SUMUT. Rumah-rumah berserta penghuninya hanyut terseret arus, selain jumlah korban meninggal yang banyak juga masih banyak korban yang hilang. Banjir membuat bangsa menangis dan meratapi diri atau malah menyalahkan Tuhan Yang Maha Esa.
Banjir juga bisa mengganggu aktivitas masyarakat hingga mengganggu perekonomian bangsa. Ini biasanya terjadi di perkotaan seperti di kota Jakarta. Orang-orang yang mau bekerja tidak jadi berangkat kerja karena terhalang banjir. Jangankan mau bekerja mau mandi saja susah. Mobil dan sepeda motor yang terpaksa berangkat bekerja pada akhirnya mogok di tengah-tengah banjir yang terlalu. Coba banyangkan kalau banjir dalam jangka waktu yang lama maka banyak orang tidak dapat bekerja dan orang-orang yang tidak mempunyai persediaan uang dan makanan seperti orang miskin akan kelaparan.
Banjir yang berkepanjangan juga mengganggu kesehatan masyarakat. Susah mendapatkan air bersih untuk minum, mencuci dan mandi. Kekurangan air bersih di tengah-tengah banjir akan membuat kesehatan masyarakat menurun, akan ada penyakit yang disebabkan oleh kekurangan air bersih seperti penyakit diare. Air banjir yang kotor akan menyebabkan berbagai penyakit kulit dan ini tentu saja akan mempersulit kehidupan masyarakat.
Tidak hanya di perkotaan di pedesaan pun sering terjadi banjir. Banjir di pedesaan atau di perkampungan biasanya akan merusak lahan pertanian baik lahan yang baru ditanam atau yang sudah siap panen. Tanaman yang siap panen dimana petani sudah lelah merawatnya hingga berbulan-bulan hilang dalam sekejap mata. Petani tidak dapat lagi menghasilkan panen dalam waktu dekat sehingga mengganggu persediaan pangan dan lebih buruk lagi mereka tidak bisa menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan mereka sendiri dan terpaksa membeli. Jika mereka tidak punya persediaan pangan cadangan maka kelaparanpun tidak terhindarkan.
Begitu banyaknya masalah yang dihadapi masyarakat karena banjir yang bisa membuat mereka tetap berkubang dalam kemiskinan. Banjir biasanya digolongkan sebagai bencana alam yang sulit diprediksi sehingga kita bisa mempersiapkan diri menghadapinya. Tapi kalau kita renungkan lebih jauh lagi maka kita akan menyadari kekeliruan kita. Penyebab banjir itu adalah tindakan kita juga. Banjir adalah produk dari tindakan kita yang salah terhadap lingkungan.
Banjir di kota-kota besar disebabkan oleh tidak ada lagi lahan tempat peresapan air. Semua lahan sudah tertutupi oleh berbagai bangunan hingga saluran-saluran pembuangan juga tertutupi. Tentu saja ini ada hubungannya dengan penataan kota yang ditangani oleh pemerintah setempat. Pemerintah tidak mempunyai perencanaan yang baik dalam penataan kota terutama untuk mengatasi banjir. Masalah banjir baru mereka pikirkan setelah terjadi di kota bukannya jauh-jauh sebelum membangun hal ini dipikirkan. Asal ada yang mau membangun di suatu lahan dan asal ada uang tambahan yang diberikan maka bangunan tersebut akan berdiri dengan megahnya tidak peduli apakah bangunan tersebut layak atau tidak berdiri disana. Lingkungan kota yang buruk yang sering banjir adalah hasil kurangnya penataan dan perencanaan kota oleh pemerintah.
Masalah sampah juga berperan besar terhadap terjadinya banjir. Masyarakat seenak perutnya membuang sampah sembarangan hingga menghambat saluran pembuangan. Saluran yang tersumbat oleh sampah menghambat aliran air dan kalau kondisi ini sudah merata di perkotaan maka banjir tidak dapat dihindarkan. Pengelolaan sampah yang tidak baik adalah potret bangsa kita yang tidak sadar akan lingkungan yang bersih.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penebangan liar juga salah satu penyebab utama banjir. Hutan-hutan di sekitar perkotaan dibabat habis oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk kepentingan mereka sendiri. Dengan hilangnya hutan maka tidak ada lagi yang bisa menahan aliran air. Air akan merembes secara liar dalam jumlah yang banyak memusnahkan apa saja yang menghalanginya. Sebab akar-akar pohon sangat baik dalam menahan air hujan yang berlebihan.
Karena penyebab banjir secara tidak langsung adalah akibat dari tindakan manusia yang salah maka cara mengatasi banjir harus dimulai dari diri kita sendiri. Jika banjir sudah datang maka kita tidak bisa menghentikannya dan yang bisa kita lakukan hanyalah menghindar. Jadi kita harus memperbaiki kelakuan kita terhadap lingkungan yang selama ini salah.
Menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu upaya mengatasi banjir. Sampah-sampah yang kita hasilkan sendiri sebaik mungkin kita kelola. Membuang sampah pada tempatnya bukan di sembarang tempat dan membakar sampah yang mudah terbakar. Jika tidak memungkinkan untuk membakarnya maka sampah-sampah tersebut kita kumpulkan dan ketika truk kebersihan datang kita memberikan sampah-sampah kita untuk diangkut ke peristrahatan sampah yang terakhir. Kita harus proaktif dengan mulai membersihkan lingkungan. Masyarakat yang mencintai lingkungan tidak membiarkan lingkungannya kotor dan tidak terawat sehingga tindakan pembersihan lingkungan dengan gotongroyong akan dengan sukarela dilakukan. Masyarakat sadar bahwa lingkungan yang bersih dan sehat akan membuat kesehatan masyarakat juga sehat.
Penataan kota juga penting untuk mengatasi masalah banjir dan ini terletak di pundak pemerintah setempat. Pemerintah harus peka terhadap lingkungan sehingga bisa membuat peraturan penataan kota yang baik. Mereka mempunyai pandangan jauh ke depan untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan yang muncul akibat pembangunan termasuk mengatasi banjir. Menindak tegas para pelanggar peraturan yang membangun secara liar dan tidak menerima sogokan dalam bentuk apa pun untuk mendapatkan ijin pembangunan. Jika pemerintah tidak melaksanakan ini maka keadaan kota akan semakin buruk dan terancam berbagai bahaya seperti bangunan yang terlalu tinggi membahayakan penerbangan, pabrik yang berdiri di pemukiman penduduk akan mengganggu kesehatan masyarakat, pembangunan yang rapat dan padat akan mengurangi peresapan air sehingga hanjir tidak terhindarkan.
Hutan yang lebih dikenal sebagai paru-paru dunia adalah penetralisir alam. Hutan hancur maka lingkungan akan hancur dan kualitas hidup masyarakat di sekitar hutan yang hancur akan buruk. Kita harus menyadari bahwa hutan itu penting bagai paru-paru dalam tubuh kita. Kalau paru-paru kita rusak apa yang terjadi, nyawa kita akan terancam. Demikian juga bila hutan rusak maka dunia tempat manusia bermukim akan terancam berbagai bencana. Seperti bencana banjir bandang yang terjadi di sungai Bahorok disebabkan oleh penebangan liar. Hujan yang turun secara berlebihan di hulu tidak bisa ditahan lagi karena hutan sudah gundul hingga air dengan kapasitas besar mengalir liar membawa gelondongan kayu yang ditebang liar membawa bencana bagi penduduk yang bertahun-tahun akrab dengan sungai tersebut.
Kita harus menjaga dan melestarikan hutan dan bila dimungkinkan ikut dalam upaya penghijauan lahan di sekitar rumah kita tapi jangan lupa menjaga keamanannya seperti tidak menyentuh kabel listrik yang berbahaya. Penegakan peraturan untuk melindungi hutan harus dijalankan. Para penebang liar harus ditangkap dan dipenjarakan dan meminta ganti rugi untuk melakukan penanaman kembali terhadap lahan yang rusak. Hukuman yang ditimpakan pada mereka harus memberikan efek jera sehingga mereka tidak mau lagi mengulangi perbuatannya.
Sekarang semua kembali pada diri kita sendiri, apakah kita sudah mencintai lingkungan dan tindakan apa saja yang telah kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan? Hingga akhirnya banjir bukan lagi sarapan ibu kota sehari-hari, tidak lagi mengganggu aktivitas kehidupan kita, dan tidak mengancam hidup kita.
Deliserdang, 25 Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar